Apa Itu Workaholic (Pecandu Kerja)? 7 Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya!

Bekerja adalah suatu kewajiban, khususnya bagi kita yang adalah kepala keluarga atau memiliki peran sebagai tulang punggung keluarga. Akan tetapi, tak jarang ditemukannya orang-orang workaholic atau yang biasa dikenal sebagai pecandu kerja di lingkungan pekerjaan. 

Atau mungkin, orang itu adalah kita sendiri?

Artikel CakeResume kali ini akan menjabarkan apa itu arti workaholic, tanda yang bisa dilihat dari seorang workaholic, dan juga cara mengatasinya jika kamu adalah sang workaholic tersebut.

workaholic, workaholic adalah

Apa Itu Workaholic?

Apakah workaholic bisa disamakan dengan pekerja keras?

Arti Workaholic

Menurut The New York Times, workaholic adalah istilah yang pertama kali ditemukan oleh psikolog bernama Wayne E. Oates. Istilah workaholic sendiri berasal dari akar kata “work” dan “alcoholic”. Alasan dipakainya kata “alcoholic” adalah karena kesamaan konsep dengan alkoholisme dimana kerja juga bisa menimbulkan kecanduan seperti halnya alkohol.


Seperti yang dilansir di laman American Psychological Association, Oates menggambarkan workaholic, atau yang biasa dikenal dengan istilah “gila kerja”, sebagai dorongan atau keinginan untuk bekerja tanpa henti, dimana akhirnya para peneliti lainnya menyimpulkan bahwa perasaan tersebut ditimbulkan oleh tekanan dalam diri.

Perbedaan Workaholic dengan Pekerja Keras

Perbedaan workaholic dengan pekerja keras yang paling utama yaitu, menjadi seorang pekerja keras merupakan hal baik, sebaliknya workaholic adalah hal yang kurang dan bahkan cenderung tidak baik.

Seorang workaholic memiliki cara kerja yang kurang efektif, kerja terus tanpa henti, dan tidak bisa berkata tidak pada pekerjaan yang diberikan, sehingga mungkin jam bekerjanya sangat panjang. Bisa dibilang, orang yang workaholic tidak memiliki work life balance atau keseimbangan kehidupan kerja. Beda dengan pekerja keras yang masih tahu batas, bisa bekerja secara efektif, serta tahu prioritas, kapan harus berkata ya dan tidak.

Tanda-Tanda Seorang Workaholic

Dari pengertian workaholic sampai pada ulasan mengenai perbedaan workaholic dengan pekerja keras di atas, mungkin sedikit banyak kamu sudah bisa membayangkan dan menebak bagaimana sih ciri-ciri orang yang workaholic. Supaya lebih memahami tanda seorang workaholic, perhatikanlah ciri-ciri workaholic di bawah ini:

1. Merasa stress dan khawatir jika tidak bekerja

Normalnya, pekerja/karyawan akan merasa senang saat jam pulang kantor sudah tiba, akan tetapi tidak demikian pada orang yang workaholic. 

Seorang workaholic biasanya adalah orang yang datang paling awal tapi pulang paling akhir. Justru ia akan merasa stress dan khawatir jika tidak bekerja, sehingga ia cenderung untuk mengiyakan semua pekerjaan yang diberikan tanpa menolak. 

2. Menjadikan pekerjaan sebagai prioritas utama

Ciri-ciri workaholic berikutnya adalah kecanduannya akan bekerja sehingga menjadikan pekerjaan sebagai prioritas utama, bukan dirinya sendiri, keluarga, atau orang lain. 

Orang yang workaholic menganggap tempat bukan lah masalah untuk bekerja, dimana pun juga bisa, apalagi di zaman modern seperti sekarang ini, sehingga ia cenderung menghabiskan waktunya untuk mengerjakan pekerjaan tanpa mempedulikan tempat.

3. Menjadikan kerja sebagai pelarian atas masalah

Tanda seseorang merupakan workaholic berikutnya adalah menjadikan pekerjaan sebagai pelarian atas masalah-masalah yang dialaminya. Dengan menyibukkan diri bekerja, orang yang workaholic bisa terhindar dari kecemasan atau konflik lain yang menghantuinya. 

Untuk sementara waktu cara ini terkesan berhasil menjauhkannya dari masalah yang dihadapi, tapi sebenarnya akar permasalahan tetap ada dan belum terselesaikan.

4. Tidak memiliki work-life balance

Seperti yang sudah disinggung di atas, yang menjadi perbedaan antara workaholic dengan pekerja keras adalah ketidak adanya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan kerja pada diri orang yang workaholic. 

Karena bekerja secara terus menerus, seorang workaholic tidak memiliki waktu untuk kehidupan pribadinya, seperti untuk sekadar refreshing, melakukan hobi, menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman, apalagi untuk cuti dan pergi liburan atau jalan-jalan.

5. Waktu istirahat terganggu

Saking terobsesinya dengan pekerjaan, bisa jadi hampir seluruh waktu dalam sehari digunakan seorang workaholic untuk bekerja, sehingga mengakibatkan terganggunya jam istirahat. 

Jika waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat atau tidur malah digunakan untuk hal lain, keesokan harinya tubuh akan terasa lebih lelah dan kurang fit. Untuk jangka pendek mungkin masih tidak masalah, tapi padahal jika diteruskan dalam jangka panjang akan berakibat buruk untuk tubuh.

6. Tidak sadar akan kondisi ini

Ciri-ciri workaholic selanjutnya adalah ketidaksadaran akan kondisi yang tengah berlangsung serta dampaknya. Orang yang workaholic tidak sadar kalau ia adalah orang yang gila kerja, melainkan malah menyalahkan lingkungannya. 

Biasanya pembelaan yang dilontarkan adalah ia bekerja keras karena memang ia adalah orang pekerja keras atau alih-alih supaya bisa naik jabatan, dan tidak mengakui kalau adanya masalah hidup yang sedang dihadapi. 

7. Mudah sakit

Karena kurangnya waktu istirahat, seorang workaholic juga akan lebih rentan terhadap penyakit, seperti pusing atau sakit kepala karena terus menerus melihat layar elektronik dan tidak mengistirahatkan mata, kelelahan karena duduk menatap komputer terus menerus, susah tidur karena saat mau tidur masih terbayang dengan pekerjaan yang belum selesai, atau yang terparah adalah sampai tumbang atau pingsan.

Cara Mengatasi Diri dari Menjadi Workaholic

cara mengatasi diri dari menjadi workaholic, workaholic adalah
Mencegah Workaholic

Setelah mengenal ciri-ciri atau tanda dari seorang workaholic, mungkin ada dari kamu yang merasakan bahwa kamu adalah salah satu dari orang yang demikian. Namun, kamu tidak perlu khawatir. Yuk coba mengatasinya dan memperhatikan poin-poin berikut. 

1. Tetapkan batasan waktu kamu selesai bekerja.

Cara mengatasi diri dari menjadi workaholic yang pertama adalah dengan menetapkan batasan waktu kamu selesai bekerja. Jika kamu sudah menetapkan batasan atau target itu, kamu akan terpacu untuk bekerja secara lebih efisien. 

Yang terpenting adalah efisiensi kerja, bukan seberapa lama kamu berada di kantor. Memang ini bukanlah hal yang muda, akan tetapi, jika kamu sudah terbiasa, kamu sendiri yang akan merasakan dampak positifnya.

2. Buat jadwal kegiatan yang akan kamu lakukan setelah bekerja. 

Yang kedua, kamu bisa membuat jadwal kegiatan apa saja yang mau kamu lakukan setelah bekerja, misalnya memasak untuk makan malam, mempelajari skill tertentu, berolahraga, atau kegiatan lainnya. 

Hal ini penting karena dengan adanya jadwal, kamu akan mengetahui bahwa ada hal penting lainnya yang perlu kamu lakukan. Selain itu, setelah jam pulang kerjamu tiba, termasuk saat akhir pekan, usahakan untuk tidak mengecek email, pesan, atau apapun yang berhubungan dengan pekerjaanmu.

3. Luangkan waktu untuk keluarga dan teman.

Hidupmu bukan hanya untuk bekerja saja, kamu juga perlu menjalin relasi dengan orang lain, termasuk dengan keluarga maupun teman. Mungkin ada dari kamu yang mencari nafkah demi membiayai keluarga, akan tetapi keluargamu juga bisa sedih kalau kamu sama sekali tidak ada waktu kosong untuknya dan dirimu sendiri. 

Kamu bisa menjadwalkan liburan untuk pergi bersama keluarga di akhir pekan atau sekadar refreshing bersama. 

4. Mengutamakan kesehatan diri.

Cara mengatasi workaholic selanjutnya adalah dengan mengutamakan kesehatan dirimu di segala aspek apapun yang kamu lakukan dalam hidup. Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati. 

Oleh karena itu, saat bekerja kamu perlu memastikan kalau kamu sudah mengisi perutmu, minum cukup, dan istirahat yang cukup supaya bisa bekerja dengan baik dan maksimal. Kalau perlu, kamu bisa menjadwalkan atau membuat alarm pengingat kapan kamu harus makan, minum, dan juga tidur.

5. Pastikan kamu berada di lingkungan kerja yang tepat.

Jika perusahaan tidak memaksa kamu untuk bekerja terus sampai larut tetapi kamu terus bekerja, sepertinya masalah berada di kamu. Sebaliknya, jika perusahaan yang memaksa kamu untuk bekerja secara berlebihan hampir setiap harinya, tandanya kamu tidak berada di lingkungan kerja yang tepat. 

Hal ini bukan berarti perusahaan tidak boleh memberlakukan lembur pada pegawainya, kalau memang ada deadline yang sudah mendesak, lembur adalah hal yang normal. Akan tetapi, jika dilakukan secara tiap hari, itu sudah tidak normal dan mungkin saatnya bagi kamu untuk mencari tempat kerja baru.

6. Konsultasikan dengan atasanmu.

Jika ada masalah atau kesulitan kamu bisa mengkonsultasikan dengan atasanmu, termasuk saat kamu merasa waktu kerjamu sudah melewati batas normal. Kamu bisa menyampaikan kondisimu apa adanya. 

Mungkin saja atasanmu bisa mengevaluasi job deskmu jika menurutnya beban kerjamu terlalu banyak. Atasan yang baik pasti akan mengutamakan yang terbaik bagi pegawainya, apalagi kalau sampai menyangkut kesehatan.

7. Mencari bantuan profesional.

Jika apa yang kamu usahakan dirasa masih kurang cukup dan belum menemukan titik terang, kamu bisa mencari bantuan profesional seperti konselor atau terapis. Akan lebih baik jika permasalahan lebih cepat ditemukan, sehingga masalah tersebut juga akan lebih cepat terselesaikan.

Itulah penjelasan apa arti workaholic itu, tanda yang bisa ditemukan dari seorang workaholic, dan cara mengatasinya. Jika kamu memang salah satu dari orang yang workaholic, tidak perlu khawatir. Kamu bisa mengikuti cara-cara yang sudah disebutkan di atas. Yang terpenting adalah adanya niat bagi kamu untuk berubah dan komitmen untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Kalau begitu, sudah siapkah kamu untuk membuat perubahan?

--- Ditulis Oleh Meitty Mulyadi --- 

Resume Builder

Build your resume only in minutes!

More Articles you might be interested in

Latest relevant articles
Interview Skills
Mar 6th 2024

5 Cara Menjawab Berapa Gaji yang Anda Inginkan dalam Interview!

Ditanya "Berapa gaji yang Anda inginkan" saat interview? Kamu dapat menjawab dengan estimasi gaji dan alasanmu seperti “Di pekerjaan saya sebelumnya, saya menerima rata-rata gaji X juta sampai X juta dari fresh graduate hingga...